Berani berkarya jelek

Perfeksionis, musuhnya si melankolis

Sejak membaca buku 7 jurus rahasia mendidik anak berkarakter. Saya jadi teringatkan lagi mengenai kepribadian, bahwa saya ini seorang melankow. Sebuah kepribadian yang memiliki kelemahan untuk selalu perfect, orientasinya selalu perfeksionisme.


Nadira Kids Font salah satu karya jelek saya.

Saya akan contohkan satu kegiatan dimana saya menggunakan unsur kesempurnaan itu. Misal, ketika saya ngedesain. Sisi perfeksionis saya adalah berfokus pada estetika tipography. Fikiran saya sebagian besar dihabiskan pada sebaiknya menggunakan kombinasi font jenis apa ya yang paling cocok untuk desain ini? Setelah saya menemukan, maka saya masih dihadapkan dengan apakah jenis typeface ini berlisensi free for commercial atau commercial used, ya? Kalo misalnya kedapatan bahwa lisensi itu hanya untuk penggunaan pribadi, yang nggak ngehasilin profit, terus dipakai untuk kegiatan profitable, maka otak saya akan bilang wah ini haram, ini bakal jadi ga berkah, dan ini ga boleh dipakai. (Mesti yang ini pesannya bener sih). Lalu, lebih dalam lagi kepada pembuatan materi, nanti terforsir lagi waktu dan fikiran untuk mempertimbangkan kombinasi ukuran antara judul, sub judul dengan deskripsi yang harus memenuhi aspek golden rasio. After that, nanti masih berkutat pada color combinations, yang harus masuk warna-warnanya sesuai dengan psikologi warna. Heh! Kacau gak tuh! Selalu tertuju kesana awalnya. Si otak ini, selalu meminta perfect terus. Itu baru kulit, ya. Belum bahas kontennya. Padahal ketimbang contex, jauh lebih penting content. Gitulah si melankolis.

Makanya perfeksionis menjadi musuhnya melankolis yang harus dilawan. Diperangi. Supaya, sekarang enggak lagi terobsesi dengan kesempurnaan. Bahwa berani berkarya jelek, itu justru menjadi sebuah tantangan bagi si melankolis. Yuk, berani berkarya jelek. Salah satunya ya seperti tulisan ini. Hehe.


Posting Komentar untuk "Berani berkarya jelek"