01. Keutamaan mencari Ilmu (Ust. Oemar Mita)
Pagi-pagi sekitar jam 9, istri bilang ke saya: "Yah, kamu suka gak kalo sama ustad Oemar Mita?"
Pertanyaan aneh. Tapi mungkin, maksud dia menghargai saya barangkali ada perbedaan rujukan atas ilmu agama saya dan istri. Feeling saya itu bujukan implisit dia untuk ikutan kajian ustadz Oemar Mita siang ini. Bener saja dia bilang, acaranya cuma sebentar mulai jam 1.
Saya menjawab, ada satu cerita ustadz Oemar Mita yang paling nancep, yaitu kisahnya Malik bin Dinar. Seorang mantan pemabuk yang akhirnya berhasil menjadi ulama. Gitu jawaban saya, seraya menambahkan yaudah siap-siap berarti, habis sholat dhuhur kita jalan.
Sesampai di lokasi, saya sedikit nervous karena disana berderet mobil-mobil mewah seperti Alphard, Range Rover, lexus, mercy dan mobil-mobil kinclong lain sementara saya cuma motoran pake mio butut yang masih saya sayangi sejak 2010 lalu. Sedikit-sedikit saya abaikan rasa nggak nyaman itu, karena niat utama hari ini mau ngumpul sama orang-orang sholih. Biar level vibrasiinya positif.
Alhamdulillah untuk ahwan dapat posisi di bagian depan dan peserta laki-laki cuma sedikit (sekitar 1/8 dari jamaah akhwat). So amazing banget berada pada jarak kurang dari 5 meter dengan orang yang vibrasinya tinggi kayak Ustadz Oemar Mita. Beda banget, rasanya tuh adem, tenang, sejuk, nyaman. Wow. Harus sering-sering begini, kata saya.
Tapi keseruan ngaji itu nggak bertahan lama, pasalnya dua anak saya Salman dan Sulaiman gak betah lama-lama buat anteng dengerin ustadz. Sekitar 20 menitan kemudian, mereka minta keluar dan saya nggak bisa menolak rengekan. Mereka main diluar, karena luas jadi bisa lari-lari, main prosotan, ngasih makan ikan, lari-lari di taman, liatin mobil-mobil. Sementara saya masih sedikit kesel, karena jadi nggak bisa ngikutin kajian sampai selesai padahal momen seperti ini yang memang saya tunggu-tunggu.
Alhamdulillah, sampai rumah nggak kehujanan. Dan saya lanjut sharing sama istri dan saya tonton ulang video live-nya di youtube. Berikut ini ringkasan kajian ceramah ustadz Oemar Mitha mengenai keutamaan mencari ilmu.
5 Keutamaan Mencari Ilmu
Orang yang bersungguh-sungguh, berniat mencari ilmu akan mendapatkan lima keutamaan. Berikut poinnya:
1.Dari imam ahmad. Ilmu itu kita cari pada perjalanan hidup kita berkaitan dengan perkataan allah dan rasul. Berkaitan pula bagaimana membangun jalan keselamatan untuk hidup kita di alam barzah dan memberi kehidupan kepada kita untuk kehidupan akhirat.
Itu ilmu, sifat yang lainnya tambahan. Ilmu dunia tambahan.
Tapi ilmu yang peling penting yang berkaitan dengan qolallah, wa qoolarrosul. Saat ini kita melihat kondisi yang ironis, banyak orang mencari ilmu dunia seakan-akan mereka akan hidup di dunia selama-lamanya. Tetapi kadang-kadang mereka bermalas-malas atau memberikan setengah hati ketika belajar ilmu syar'i. Seakan-akan hidup di akhirat itu cuma sebentar.
Padahal nanti kita akan hidup lama. Jauh lebih lama ketika hidup kita di dunia.
Contoh: Orang belajar ilmu dunia, salah satu tujuannya untuk bekerja. Bekerja itu biasanya efektifnya efektifnya umur 22 tahun, pensiun misal 58 tahun. Untuk bisa mendapatkan dunia, dan rezekinya kita memaklumi proses orang mencari ilmu. Dengan sedemikian kuatnya, semangatnya hanya untuk hidup selama 36 tahun.
Ilmu akhirat, ketika kita membahas perkataan Allah dan rosul, kita membahas kehidupan yang tiada akhirnya. Harusnya semangat kita lebih, daripada untuk bekerja selama 36 tahun. Imam nawawi hari ini di dalam kuburan sudah lebih dari 600 tahun. Hamzah, paman Nabi yang gugur di perang uhud sudah berada di dalam kubur selama 1443 tahun. Itu di alam kuburnya, belum lagi nanti di akhirat.
Itu mengingatkan kepada kita, kalau nanti kehidupan setelah mati, baru di alam barzah bisa sepanjang itu, maka sesungguhnya harusnya kita paham. Kalau hanya untuk kerja di dunia (pensiun umur 58 tahun) dan kita bekerja mulai umur 22 tahun. Kita bekerja selama 36 tahun ternyata ilmunya kadang kita siap membayar mahal, berangkat pagi, pulangnya siang, sorenya masih less, malamnya masih ada guru yang kita berikan untuk anak kita, hanya untuk bisa kerja sampai usia 58 tahun.
Maka apakah masuk akal (wort it). Kalau hanya kerja 36 tahun. Lalu kita berikan kesungguhan kita sampai kita nanti pensiun 58 tahun. Untuk itu ini membuat paham, bahwa keutamaan belajar ilmu syari tanpa menafikan keutamaan belajar ilmu duniawi kalau memang kita niatkan karena Allah itu memiliki peranan besar pada kehidupan kita.
Mungkin ilmu syari hari ini dipandang sebelah mata, tapi bagi kita yang memiliki iman kepada hari akhir ilmu syari itu tidak pernah kita pandang sebelah mata. Makanya kalau ada orang berkata, orang lain sudah sampai ke bulan kamu masih belajar tentang bagaimana sholat. Sholat itu menuju bukan hanya ke bulan, sholat menuju ke kehidupan yang jauh lebih tinggi daripada bulan. Yaitu kehidiupan akhirat. Ilmu dunia hanya untuk kerja sampai 58 tahun, ilmu syari yang ibu pelajari ketika mendadaburi al kahfi, alm ulk, mengetahui cara solat, mengetahui melepaskan orang yang kita cintai, mengetahui kewajiban terhadap istri kita. Itu semua membangun kebaikan di kehidiupan alam barzah dan akhirat. Dan sejatinya pada perkara itulah kita akan hidup sepanjang waktu. Dan itu butuh ilmu. Sebagaimana ketika di dunia kita butuh ilmu. Maaf ya bu, pak kita saja di kehidupan dunia butuh ilmu supaya kita bisa diterima di suatu pekerjaan kantor. Kalau hanya masuk telkomsel kita harus bersekolah sd, smp, sma, s1, s2. Total 18 tahun. Maaf apakah kita mengira bahwasanya kualitas syurga lebih rendah daripada telkomsel, sampai kita merasa tidak butu ilmu ketika menuju syurga? Berarti kita nggak paham sifatnya surga.
**
Tidak semua kebodohan dimaafkan sama Allah. Kalau dimaafkan semua, sifat adilnya Allah hilang. Ada 2 orang bodoh, satu diampuni dan satunya sudah (kecuali diberi rahmat). Orang yang bodoh, ketika tidak tahu, ketika semua perangkat untuk membuat ia paham ilmu itu tidak ada. Misal, orang yang tinggal di dalam gua. Nggak ada guru yang hidup satu masa dengan orang itu. Nggak ada masjid yang mengajrkan ilmu, dan hanya ada sarang lebah. Dima'fu Allah.
Sementara kebalikannya, ada guru, ada majlis ilmu, ada undangan-undangan yang diberikan supaya kamu datang, tapi kamu nggak menghadirinya, Ada buku yang dicetak untuk menyampaikan ilmu, tapi nggak membeli. Orang yang susah payah ngaji tentu nggak ama ddengan orang yang nggak ngaji. Akhirnya kita mengerti betul, keutamaan itu besar. Ilmu nggak dipandang sebelah mata oleh Allah. Seluruh alam bereaksi kepada orang yang mencari ilmu. Binatang di laut memintakan ampunan ke oran gyang nyari lmu. Allah pengen diibadahi dengan ilmu, dan tidak diibadahi dengan kebodohan. Kalau Allah pengen diibadahi dengankebodohan allah nggak perlu menurunkan alquran, dan nabi. Allah menurunkan itu supaya kita beribadah dengan basyiroh. Dan diatas ilmu. Oh ini caranya, supaya tidak ada lagi orang beranggapan masuk gua bisa sampapi di mekah. Akhirnya ilmu itu perkara besar. Imam ahmad mengatakan, ilmu itu tidak ada yang mampu menandingi keutamaanya apapun. Tidak ada yang menandingi asal betul-betul benar niatnya. Ketika seseorang berniat membebaskan kebodohan dirnya dan orang lain disekitarnya supaya tidak bodo dihadapan allah. itu niatnya benar. bukan karena ingin debat, ingin merendahkan orang. Kerusakan paling besar ketika orang terperosok ke dalam kebodohan. Dijelaskan imam syafii, ada orang sholat sunah diluar. Sementara yang lain duduk di taman ilmu. Maka kekutamaan orang menuntut ilmu lebih tinggi. Karena sunnah hukumnya mustahak. Sementara mencari ilmu wajib. Dan ini jalan pintas menuju syurga, mendekatkan ke syurga lebih cepet. Ini jalna pintas. Duduknya orang terlibat kajian, taklim, hadirnya di majlis ilmu bukan sesuatu yang ringan tapi besar. kita ngaji karena kita bukan pengangguran, tapi prioritasnya ilmu, syurga identik dengan ilmu, sebagaimana ikan identik dengan air. Dan ini jalan pitnas menuju syurga. ilmu akan membantu dalam kehidipan kita. Orang yg sudah mendapatkanilmu ngk sama antara oran gyang beirlu dan tidak beilmu.


Posting Komentar untuk "01. Keutamaan mencari Ilmu (Ust. Oemar Mita)"
Posting Komentar