Teori Maslow itu Kebalik
Ketika saya merencanakan untuk membuat artikel mengenai teori kebutuhan Maslow beberapa pekan lalu. Niatnya saya mau mengulas mengenai bagaimana caranya supaya kita bisa lebih cepat mencapai tingkat tertinggi di puncak piramida, yaitu aktualisasi diri.
Karena pernah saya melihat video konglomerat indonesia yang membicarakan kegiatan-kegiatan charity, bukan lagi ngurusin soal uang dan makanan. Banyak yang menyoroti bahwa dia bisa melakukan itu karena posisinya sudah bukan lagi seperti kita-kita yang masih bekerja (baca: memenuhi kebutuhan tingkat dasar diagram maslow). Melainkan sudah berada di puncak segitiga maslow.
Dan untuk bisa mencapai ke puncak itu, dibutuhkan pemenuhan kebutuhan di tiap-tiap tingkat yang harus dicapai dengan urutan harus melangkah satu-persatu tangga. Kalau pada level tertentu tidak bisa memenuhi, maka ia akan turun satu tingkat ke bawah.
Luar biasa ya, vibrasi itu. Belum sempat nulis, baru ngebaca-baca buku. Eh, ditemuin sama pembahasan soal teori maslow dan mengagetkannya rupanya, teori itu terbalik.
Jadi, yang seharusnya dianut oleh semua orang ialah bagian paling atas dulu. Yaitu spiritual, barulah menuju bagian-bagian lain. Pak Ary Ginanjar Agustian melalui sebuah buku ESQ-nya (hal. 56) mengatakan:
Apakah Anda menyadari bahwa piramida kebutuhan pada teori maslow (Maslow's hierarchy of needs) seharusnya dibangun terbalik (inverting maslow's hierarchy)? Hal ini baru disadari di akhir hayat Maslow, ia telah salah dalam menempatkan sequence (tingkatan) of needs pada piramidanya. Artinya, pemahaman makna hidup (spiritualisme) yang semestinya diletakkan sebagai kebutuhan awal manusia, telah diletakkan pada tempat yang salah, yaitu di tingkat piramidanya yang terakhir. Apabila diaplikasikan dalam bisnis, orientasi pada materi seharusnya menggunakan pondasi pada optimalisasi spiritual capital, bukan material capital. Hal ini pun dibenarkan oleh ahli psikologi, Fiktor Frankl, yang mengatakan bahwa mereka yang mampu memaknai setiap aktivitasnya, memiliki kekuatan untuk bertahan hidup di dunia yang fana ini. Di level perusahaan atau korporasi, Kouzes dan Postner (Leadership Challenge, 2022) mengatakan bahwa sumber komitmen yang tinggi bukanlah pada kokohnya core values perusahaan, tetapi lebih kepada personal values (nilai-nilai pribadi karyawan) yang kokoh.
Kalo dibuat gambar, seperti ini jadinya:
Inverting Maslow's HierarchySpiritual, seharusnya dijadikan prinsip hidup. Bagian paling pertama yang mesti kita pegang. Sebab, dengan begitu untuk melangkah ke bagian-bagian lainnya akan menjadi jauh lebih ringan.
Jika mengikuti piramida maslow. Kita harus memastikan cukup dulu kebutuhan makan, sandang, papan. Lalu memenuhi kebutuhan diatasnya. Lalu diatasnya lagi. Selain berat, juga lebih lama. Apalagi, kalo berbicara soal memenuhi kebutuhan makanan san minuman, kita tidak pernah puas dan kenyang. Tiada akhir untuk mencapai batas kepuasan. Sedangkan jika dilandasi dengan spiritual, mungkin kita bisa mencukupkan kebutuhan makan untuk sekedar menghilangkan rasa lapar, bukan memuaskan lidah. Kita cukup dengan makan dengan telur, tidak harus dengan daging ayam.
Diagram Maslow aslinya
So, mulai sekarang. Yuk, kita balik dalam menjalankan teori kebutuhan maslow. Kita mulai dari kebutuhan mengenai spiritual, aktualisasi diri,.


Posting Komentar untuk "Teori Maslow itu Kebalik"
Posting Komentar